
Dua-kali juara dunia MotoGP, Francesco Bagnaia atau yang lebih dikenal Pecco mengalami salah satu hasil terburuk dalam karirnya saat sprint race di sirkuit Phillip Island Circuit, Australia. Dari start yang sudah kurang ideal hingga kecepatan rata-rata yang terpaut jauh dari pesaing,
Alih-alih bersaing di barisan depan seperti biasanya, Bagnaia justru terpuruk, kehilangan kecepatan, dan bahkan kesulitan mengendalikan motornya. Ia sendiri menyebut hasil tersebut sebagai “humiliating” atau memalukan. Mari kita bedah kronologi dan data performa yang membuat hasil ini begitu mengejutkan.

Pembalap Ducati, Pecco Bagnaia
Awal yang Buruk Sejak Kualifikasi
Masalah Bagnaia sudah tampak sejak sesi kualifikasi. Meski tampil cukup baik dalam latihan bebas, performanya anjlok ketika harus bersaing dalam time attack.
Bagnaia hanya mampu mencatat waktu yang menempatkannya di posisi ke-11. Masalah bertambah ketika steward MotoGP menjatuhkan penalti tiga posisi grid karena dianggap menghalangi pembalap lain selama sesi kualifikasi. Artinya, ia harus start dari posisi ke-14, situasi yang membuat peluangnya bersaing di sprint semakin berat.
"Sprint hari ini cukup memalukan, berada di sana dan tidak mampu bertarung, tidak mampu berbuat apa-apa, melaju dua detik lebih lambat dari kecepatan saya sendiri saat latihan," kata Pecco.
Sprint Race: Dari Harapan ke Kekacauan
Balapan sprint di Phillip Island berlangsung sepanjang 13 lap. Namun sejak lampu start menyala, Bagnaia langsung kehilangan banyak posisi.
Pada lap pertama, ia turun ke posisi ke-12. Laju buruk itu terus berlanjut bahkan pada lap kelima, ia sudah terlempar ke posisi 20, hanya di depan satu pembalap yang berada di belakangnya.
Hingga bendera finis dikibarkan, Bagnaia tak mampu memperbaiki posisinya dan akhirnya finis di urutan ke-19, tertinggal 32,408 detik dari pemenang sprint, Marco Bezzecchi (Aprilia).
Bagi pembalap yang biasanya bersaing memperebutkan podium, hasil ini bukan sekadar hari buruk, tetapi sebuah peringatan keras.
Data lap demi lap memperlihatkan betapa buruk performa Bagnaia di Australia. Berdasarkan analisis kecepatan rata-rata:
- Rata-rata waktu lap Bagnaia: 1 menit 30,064 detik
- Rata-rata waktu lap Bezzecchi (pemenang): 1 menit 27,560 detik
Artinya, Bagnaia lebih lambat 2,504 detik per lap dibanding pemenang lomba selisih yang sangat besar di level MotoGP modern.
Bahkan pembalap Ducati lainnya seperti Fabio Di Giannantonio dengan motor yang sama (Desmosedici GP25) mampu mencatat waktu sekitar 2 detik lebih cepat per lap dibanding Bagnaia.
Di lap ke-7 dan ke-8, misalnya, Bagnaia mencatat waktu 1m30.360s dan 1m30.063s, sementara Bezzecchi stabil di kisaran 1m27.1s. Ini menandakan motor Bagnaia benar-benar tidak bekerja sebagaimana mestinya, baik dari sisi grip ban, traksi, maupun keseimbangan.
Menurut analis teknis dari Crash, dikutip VIVA Minggu, 19 Oktober 2025, ada kemungkinan bahwa masalah utama berasal dari setup ban belakang dan kestabilan sasis Ducati GP25.
Phillip Island terkenal dengan lintasan berkecepatan tinggi dan tikungan panjang yang menuntut kestabilan ekstrem pada ban kiri. Jika tekanan ban atau pengaturan suspensi tidak tepat, pembalap bisa kehilangan traksi dan getaran pada motor menjadi tak terkendali.

Pembalap Ducati, Pecco Bagnaia dan Jack Miller
Selain itu, perubahan suhu udara dan arah angin di sesi sprint membuat Ducati tampak kesulitan menjaga konsistensi grip dibanding motor Aprilia dan KTM yang tampil dominan.
Dengan kombinasi faktor-faktor ini, kecepatan Bagnaia turun drastis, bahkan tak mampu menyamai pembalap satelit Ducati sekalipun.
Balapan sprint di Phillip Island bukan sekadar hasil buruk, tetapi sinyal bahaya bagi Ducati dan Bagnaia. Dengan kecepatan yang anjlok, motor yang sulit dikendalikan, serta kebingungan teknis di dalam tim, performa ini menjadi bahan refleksi besar bagi sang juara bertahan.
Source: Bongkar Performa Buruk Pecco Bagnaia di Sprint MotoGP Australia