
— Tren modifikasi interior mobil dengan bahan fabric atau kain kembali mencuat sejak sekitar tahun 2020.
Fenomena ini muncul seiring maraknya minat terhadap mobil-mobil era 1980–1990-an yang dikenal dengan desain dan nuansa kabin khasnya.
Fabric atau kain jok mobil adalah bahan pelapis kursi mobil berbahan tekstil yang terasa lebih adem, lembut, dan nyaman dibanding kulit sintetis.
Motif jok fabric mini tartan laris karena motif dan polanya yang bisa dibilang abadi dan bisa cocok dengan mobil apapun.
Di masa lalu, bahan ini identik dengan mobil-mobil Jepang keluaran lama seperti Corolla, Kijang, atau Civic, sebelum akhirnya tergeser oleh bahan kulit sintetis yang populer di era 2000-an.
Namun kini, ketika tren mobil retro dan gaya orisinal kembali diminati, fabric pun ikut naik daun. Bukan hanya untuk mobil klasik, tapi juga mulai diterapkan pada mobil-mobil keluaran baru yang ingin tampil hangat dan “berjiwa old school”.
Stefaan Ardino, pemilik Java Seat, workshop spesialis interior fabric di Bekasi, Jawa Barat, mengatakan, tren ini sebenarnya bukan soal kembali ke standar lama, tapi soal kembali ke rasa nyaman dan karakter orisinal.
“Sebenarnya bukan soal kembali ke standar, tapi kembali ke fabric. Artinya, kita kembali menggunakan bahan kain setelah tren fabric dulu sempat ‘hilang’ karena digantikan oleh kulit sintetis asal Korea di era 2000-an,” ujar Stefaan kepada Kompas.com, di Bekasi, Jawa Barat, pekan lalu.
Pilihan jok mobil
Menurut Stefaan, pada masa itu hampir semua mobil diganti dengan kulit atau kulit sintetis yang disebut dengan istilah “jok Korea.”
“Dulu, bahan itu populer banget, orang menyebutnya ‘jok Korea’. Hampir semua mobil seperti Great Corolla, Kijang, dan lainnya diganti pakai bahan sintetis itu,” katanya.
Namun belakangan, banyak yang justru menyesal karena merasa jok berbahan sintetis lebih panas dan kurang nyaman.
“Tapi, belakangan, sekitar tahun 2020-an, banyak yang mulai menyesal karena merasa joknya panas dan tidak nyaman,” ujar Stefaan.
Meski demikian, Stefaan menegaskan bahwa kembali ke fabric bukan berarti semata-mata soal restorasi.
Konversi Unik Toyota Starlet EP81 ke EP82
“Banyak orang mengira kembali ke fabric itu sama dengan kembali ke original, padahal tidak sesederhana itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, restorasi sejati tidak hanya bicara soal bahan kain, tapi juga soal busa, benang, tarikan jahitan, hingga kawat di balik pelapisnya. Semua itu kini sulit ditemukan.
“Kalau bicara ‘original’, itu bukan cuma soal bahan, tapi juga busa, benang, tarikan jahitan, sampai kawatnya. Itu semua susah banget dicari sekarang,” katanya.
Stefaan mengakui, banyak pemilik mobil yang ingin tampil orisinal namun tak benar-benar tahu bentuk aslinya.
Konversi Unik Toyota Starlet EP81 ke EP82
“Kadang yang lucu, kalau ngomong soal ingin original, parameternya banyak banget. Dan saya suka tanya ke pelanggan, ‘Om sendiri tahu nggak, bentuk originalnya kayak gimana?’ Biasanya jawabannya cuma, ‘Pernah liat di brosur,’” ujar Stefaan.
Pria paham desain ini menambahkan, referensi dari brosur lawas pun sering menyesatkan karena warna yang sudah pudar seiring waktu.
“Masalahnya, brosur zaman dulu pun warnanya sudah pudar, hitam bisa jadi hijau, tapi dikira hijau asli. Padahal aslinya tetap hitam,” katanya.
Menurut Stefaan, kembalinya tren fabric bukan semata nostalgia, tapi juga soal kenyamanan dan karakter, sesuatu yang tidak bisa digantikan bahan sintetis.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.Source: Tren Jok Fabric kembali Naik Daun, Bukan Sekadar Nostalgia Mobil Lawas