Mengapa Penggunaan Sirine Sembarangan Bisa Membahayakan?

Suara sirine dan cahaya strobo kerap terdengar dan terlihat di jalan raya, mulai dari rombongan pejabat, konvoi komunitas motor besar, hingga pengguna sipil yang sebenarnya tidak berhak.
Namun, di balik kesannya yang “istimewa”, penggunaan sirine sembarangan justru menyimpan bahaya besar bagi keselamatan publik.
“Suara sirine dan strobo, sinar lampu, itu akan memberikan tingkat kecemasan bagi para pengemudi,” ujar Jusri Pulubuhu, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), kepada Kompas.com (21/9/2025).
Arus lalu lintas kendaraan pemudik di Jalan Inspeksi Kalimalang, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (27/3/2025), terpantau masih landai.
Menurut Jusri, saat pengguna jalan terpapar sirine dan strobo, reaksi psikologis yang muncul bisa beragam. Dari panik, marah, atau bahkan melawan. Kondisi itu membuat kemampuan kognitif pengemudi menurun.
“Dia tidak bisa recall logikanya, tidak bisa mengambil keputusan yang tepat. Orang panik, kecemasan itu panik,” ucap Jusri.
Efek domino pun sering terjadi. Pengendara yang kaget bisa menambah kecepatan, ikut masuk ke rombongan, atau justru berhenti mendadak. Situasi ini memperbesar risiko insiden atau tabrakan di jalan.
iringan ambulans membawa korban kecelakaan dari Probolinggo sampai di RS Bina Sehat Jember, Minggu (14/9/2025).
Budaya Berlalu Lintas Masih Rendah
Fenomena ini, kata Jusri, tak lepas dari rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia soal tertib lalu lintas.
Di negara lain, keberadaan sirine tak membuat orang panik karena ada budaya saling menghormati di jalan. Pengemudi langsung menepi dengan tenang, memberi prioritas pada yang berhak.
“Kesadaran tertib dan keselamatan di Indonesia itu sangat rendah. Sehingga siapa saja yang menggunakan strobo, itu secara tidak langsung menintimidasi orang-orang sekitar,” kata Jusri.
Parahnya, penggunaan sirine sering dipersepsikan sebagai simbol privilege. Alhasil, muncul respon sosial berupa perlawanan diam-diam dari masyarakat.
“Sekarang kan banyak orang males minggir. Ini respon sosial dari kejenuhan, karena penyalahgunaan dianggap sebagai hak istimewa,” ujar Jusri.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.