
Merek mobil listrik asal Indonesia, Aletra, percaya diri untuk bersaing di pasar otomotif dalam negeri yang tengah padat sejak dua tahun belakangan melalui L8 EV.
Marsellinus Christo Antyo, Product Manager Aletra menyampaikan hal tersebut seiring dengan sejumlah strategi yang dilakukan perseroan, seperti karakter mobil yang memang dirancang agar mudah dikenali masyarakat.
"Misalnya karakter gas mobil, itu kita sesuaikan supaya pengemudi yang ingin beralih ke mobil listrik bisa tetap nyaman. Teknologi EV-nya tetap ada, tapi rasa atau karakternya
Aletra L8 EV
Pendekatan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan karakter pedal gas agar terasa halus dan responsnya menyerupai mobil konvensional.
“Karakter gasnya disesuaikan supaya pengemudi yang ingin beralih ke mobil listrik bisa tetap nyaman. Teknologi EV-nya tetap ada, tapi rasa berkendaranya dibuat umum seperti mobil ICE (Internal Combustion Engine),” ujar Christo di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (9/10/2025).
Salah satu contohnya terlihat dari pengaturan mode Eco, di mana ketika pedal gas diinjak sekitar 80 persen, mobil akan merespons seperti efek “kickdown” pada transmisi otomatis konvensional.
Dengan karakter tersebut, Aletra berharap pengemudi tidak merasa canggung menghadapi torsi instan khas mobil listrik.
Meski demikian, tenaga besar tetap bisa dirasakan ketika dibutuhkan, terutama pada mode Sport.
“Ibaratnya, kalau di mobil bensin efek kickdown itu membuat mesin menurunkan gigi dan putaran naik dulu sebelum torsinya keluar. Kalau di L8 EV, sensasinya masih ada tetapi torsinya langsung hadir di titik itu,” kata Christo.
Aletra L8 EV
"Kalau mau yang torsi instan seperti mobil listrik lainnya, bisa menggeser mode berkendara ke sport," tambahnya.
Selain itu, L8 EV masih mempertahankan sejumlah tombol fisik untuk pengoperasian fitur utama, seperti AC, spion, audio, hingga transmisi.
Menurut Christo keputusan tersebut bukan semata soal desain, melainkan hasil dari pemahaman terhadap kebiasaan pengguna mobil di Indonesia yang mengutamakan kemudahan dan kepraktisan.
“Kita waktu itu ada opsi untuk menggunakan layar seperti yang lain-lainnya, karena brand China itu sudah ke arah sana semua. Tapi kita putuskan tetap pakai tombol,” ujar dia.
“Orang Indonesia tuh masuk mobil, pencet AC langsung. Nah, bayangkan kalau screennya loading dulu, udah sauna duluan deh,” lanjutnya.
Christo menjelaskan, tombol fisik masih memiliki keunggulan dalam hal keselamatan dan ergonomi. Saat berkendara, pengemudi bisa langsung meraba posisi tombol tanpa harus mengalihkan pandangan dari jalan.
Aletra L8 EV
“Ternyata kita masih butuh tombol, apalagi saat mengemudi. Kalau tombol kan bisa diraba tanpa harus lihat, sementara di layar kadang nggak tahu mana yang dipencet,” ujarnya.
“Saat driving, misalnya, tanpa sengaja salah pencet karena semua di layar, itu bisa berisiko. Kalau tombol fisik, pengemudi tahu posisi dan bentuknya," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.Source: Modal Aletra Bersaing dengan Mobil Listrik Lain di Indonesia