
Bus Transjakarta, atau yang juga dikenal sebagai TJ dan busway, selama ini menjadi transportasi publik bagi masyarakat yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.
Harga tiketnya yang murah, yakni Rp 3.500, menjadi alasan mengapa transportasi ini menjadi favorit banyak orang.
Sejalan dengan hal itu, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta bersama manajemen PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) mengusulkan penyesuaian harga tiket.
Terkait besaran kenaikan, terdapat usulan awal dari pihak eksekutif, yakni sebesar Rp 1.500.
Dengan begitu, tarif Transjakarta dari Rp 3.500 menjadi Rp 5.000.
Zayra, salah satu langganan bus Transjakarta rute Blok M- Tanah Abang
Namun, lantaran sejak tahun 2005 masyarakat telah terbiasa dengan tarif Rp 3.500 untuk layanan bus Transjakarta, maka timbul pro dan kontra terkait wacana kenaikan tarif tersebut.
Zayra, salah satu langganan bus Transjakarta rute Blok M - Tanah Abang, mengatakan bahwa dirinya telah mendengar kabar ini lewat pemberitaan yang ada di media sosial.
Menurutnya, sebagai pelajar, ia sangat tidak setuju bila rencana kenaikan tarif bus Transjakarta benar terjadi.
"Tidak setuju, sebab bagi saya yang pelajar dan mengandalkan transportasi ini untuk perjalanan dari rumah ke sekolah, itu sangat mahal bila tarifnya jadi Rp 5.000. Menggunakan Transjakarta dari rumah ke sekolah itu jadi pilihan lantaran tarifnya sangat bersahabat dengan pelajar," katanya kepada Kompas.com di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (16/10/2025).
Yulinda, penumpang bus TJ
Meski saat ini di Jakarta telah ada layanan Bus Sekolah warna kuning yang gratis bagi pelajar, namun bus tersebut jumlahnya tidak banyak.
Selain itu, rutenya tidak menghubungkan Blok M dan Tanah Abang.
Maka dari itu, bus Transjakarta menjadi pilihan bagi Zayra.
Arief warga Depok yang juga sudah lama menggunakan bus Transjakarta rute Pinang Ranti - Pluit.
Hal senada juga diungkapkan oleh Yulinda, seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di Mampang, Jakarta Selatan.
Ia mengatakan tidak setuju bila tarif bus Transjakarta naik.
Nabila mahasiswa UIN dan teman-temannya penumpang bus Transjakarta
Menurutnya, tarif Rp 3.500 sudah ideal.
Sebab, dirinya cemas lantaran saat ini untuk ke sejumlah lokasi di Jakarta belum ada bus yang langsung, sehingga solusinya masih harus transit.
Sehingga, harus melakukan tab ulang yang mana harus membayar lagi.
"Saya tiap hari pakai bus ini dari rumah ke Duren Tiga untuk berdagang. Tapi kalau mau ke tempat lain yang beda rute, kita harus transit ganti bus beda jalur. Kita harus tab kartu lagi dan bayar lagi. Kalau dua kali tab dengan harga Rp 3.500, totalnya sudah Rp 7.000. Kalau tarifnya jadi Rp 5.000, tentu makin mahal kalau harus melakukan transit," katanya.
Pendapat berbeda justru datang dari Arief, warga Depok yang juga sudah lama menggunakan bus Transjakarta rute Pinang Ranti - Pluit.
"Kalau naik segitu, saya setuju karena halte-halte kini sudah mulai bagus revitalisasinya. Yang paling signifikan itu seperti halte Tanjung Duren. Jadi menurut saya Rp 5.000 tidak masalah jika sarana halte di revitalisasi ulang," katanya kepada Kompas.com.
Sementara itu, Nabila Febrinti, mahasiswa UIN Fakultas Ekonomi Pembangunan, mengatakan bahwa saat ini bus Transjakarta sudah jadi pilihan masyarakat setiap hari lantaran harganya yang ekonomis.
"Kita sebagai mahasiswa sangat keberatan sekali jika harga bus TJ naik. Apalagi kita tahu, bus TJ itu setiap harinya selalu ramai dan berdesakan, sehingga dengan harga Rp 5.000 kurang terjangkau. Jika memang ada kenaikan, harus disurvei dulu, kenapa ada kenaikan? Apakah nantinya fasilitasnya akan meningkat jika tarifnya naik?" katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.Source: Kenaikan Tarif Transjakarta: Pro dan Kontra dari Warga Jakarta