Contemporary Istanbul 2025 BMW Art Car World Tour – SAAT MOBIL BALAP JADI KANVAS SENI
Bayangkan sebuah mobil balap legendaris, penuh warna berani, melesat di lintasan Le Mans. Setelah itu, kembali bayangkan sebuah hypercar hybrid masa depan, dipenuhi lapisan abstraksi neon dan garis hitam khas seorang pelukis dunia. Dua dunia itu, yang lahir hampir setengah abad terpisah, akhirnya bertemu di Istanbul.
Inilah momen spesial di Contemporary Istanbul 2025, ketika BMW Art Car World Tour menghadirkan karya perdana Alexander Calder dan karya terbaru Julie Mehretu ke hadapan publik Türkiye. Sebuah pertemuan lintas generasi, antara mobil klasik penuh sejarah dan mobil balap modern berteknologi tinggi, dimana keduanya sama-sama hidup sebagai karya seni.
BMW Art Car lahir dari sebuah ide sederhana tapi visioner pada 1975 yaitu bagaimana jika mobil balap dijadikan kanvas seni? Hervé Poulain, seorang pembalap sekaligus kolektor, meminta sahabatnya Alexander Calder melukis BMW 3.0 CSL. Hasilnya? Mobil balap berwarna merah, kuning, biru, dan putih yang bukan hanya memikat mata, tapi juga menorehkan sejarah di Le Mans.
Fast forward ke 2024, giliran Julie Mehretu yang mengambil alih. Seniman abstrak kelahiran Ethiopia ini mengubah BMW M Hybrid V8 menjadi karya yang terasa seperti ledakan energi kosmik. Menggunakan inspirasi dari lukisannya “Everywhen”, Mehretu menghadirkan lapisan-lapisan digital, neon, dan coretan khasnya ke dalam bentuk tiga dimensi. Mobil ini lahir di Centre Pompidou Paris, lalu langsung turun ke lintasan Le Mans.
Dan kini, Calder #1 dan Mehretu #20 berdiri berdampingan di Istanbul. Satu mobil klasik yang memulai semuanya, satu lagi mobil masa depan yang menandai bab terbaru.
Bagi DeepEnd, Contemporary Istanbul bukan sekadar pameran seni. Ia adalah titik temu antara Timur dan Barat, masa lalu dan masa depan. Ulang tahun ke-20 ini dirayakan dengan skala global: galeri internasional, kolaborasi institusi besar seperti UBS Digital Art Museum dan Sigg Art Foundation, hingga program Focus America yang menyoroti peran New York dalam peta seni dunia.
Tak ketinggalan, CIF Dialogues tahun ini hadir dengan tema “Dispersing Coordinates: Istanbul and the Shifting Map of Art.” Para nama besar seperti Jennifer Stockman (Guggenheim Museum) dan Anne Pasternak (Brooklyn Museum) akan berbicara tentang bagaimana peta seni global terus berubah, dan bagaimana Istanbul kini mengambil posisi penting di tengah pergeseran itu.
Pemberhentian Istanbul adalah bagian dari BMW Art Car World Tour, sebuah perjalanan global yang merayakan 50 tahun koleksi ini. Dari Art Basel Hong Kong, Zoute Grand Prix di Belgia, hingga Shanghai Motor Show, koleksi 20 mobil seni ini berkeliling dunia sebagai bukti komitmen BMW pada budaya dan kreativitas lintas disiplin.
Setiap mobil adalah “patung bergulir” yang punya cerita: Warhol, Lichtenstein, Koons, hingga Mehretu, yang semuanya pernah menjadikan BMW sebagai kanvas. Calder membuka jalan, Mehretu membuka bab baru, dan Istanbul menjadi panggung pertemuan keduanya.
Bagi pengunjung, pengalaman ini bukan sekadar melihat mobil dipajang. Ini adalah perjalanan visual dan emosional. Mobil yang dulu menjerit di tikungan Le Mans kini berdiri di tengah ruang seni. Mobil masa depan dengan DNA hybrid kini berbicara dalam bahasa garis dan warna.
Di Istanbul, kota yang menghubungkan benua dan budaya, seni dan kecepatan berpadu menjadi satu. BMW Art Cars mengingatkan kita bahwa mesin bisa punya jiwa, dan seni bisa bergerak secepat kilat. Ini bukan sekadar pameran mobil. Ini bukan sekadar pameran seni. Ini adalah pertemuan dua dunia, di Istanbul, kota yang selalu tahu cara merayakan keduanya.