
Suara mesin jahit yang berirama dan aroma kulit sintetis pernah menjadi penanda kehidupan di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Namun, seiring berjalannya waktu, suasana legendaris ini kini hanya menyisakan kenangan, seiring meredupnya industri bekleding yang pernah mewarnai jalanan tersebut.
Bekleding di Kebon SIrih, Jakarat Pusat.
Pada era 1980-an hingga 1990-an, Kebon Sirih dikenal sebagai “sentra bekleding”, tempat di mana para perajin interior mobil menunjukkan keterampilan mereka dalam membungkus jok, plafon, hingga door trim.
Keahlian tersebut menarik perhatian banyak orang dan membuat kawasan ini selalu ramai.
Penutupan Toko dan Perubahan Tren
Kini, suasana yang dulunya ramai telah berubah drastis.
Angga dari Usarita Bekleding
Banyak toko bekleding yang satu per satu menutup usaha, dan digantikan oleh deretan ruko serta gedung perkantoran.
Jumpa di tokonya, Kamis (16/10/2025) kepada Kompas.com, Angga, pemilik Toko Usarita yang telah berkiprah di dunia bekleding sejak tahun 1990, mengungkapkan, “Pertama, kita ada penggusuran. Kemudian ada yang meninggal yang tua-tua, regenerasi.” Kejadian ini turut berkontribusi pada penurunan jumlah usaha bekleding di kawasan tersebut.
Angga menjelaskan bahwa pasar bekleding semakin menyempit akibat perubahan tren.
Dulu, banyak orang yang rela menunggu berhari-hari untuk menjahit ulang jok mobil mereka.
Namun kini, banyak konsumen yang beralih ke sarung jok siap pakai. “Sarung jok jadi lebih cepat dan lebih murah. Kalau kualitas masih kalah dari kita, tapi kena buat sarung aja,” tambah Angga.
Bekleding di Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Saat ini, Angga memperkirakan kurang dari 10 toko bekleding yang masih bertahan, padahal pada tahun 90-an, jumlahnya bisa mencapai tiga sampai empat kali lipat.
Perubahan Infrastruktur
Hal serupa disampaikan oleh Yongki, pemilik Maju Jaya Racing & Leather Seats, yang juga merasakan penurunan signifikan dalam jumlah pelanggan.
Ia mengenang masa di mana kawasan Kebon Sirih selalu dipenuhi antrean mobil yang menunggu giliran perbaikan. “Dulu mah rame. Rame banget. Semenjak jalan udah dirubah, ya makin sepi aja,” ungkap Yongki.
Yongki menjelaskan bahwa perubahan arus lalu lintas di kawasan tersebut dalam lima tahun terakhir sangat memengaruhi aktivitas usaha. “Dulu kan dari arah Kuningan, semenjak dibalik arahnya udah makin sepi,” katanya.
Akibatnya, banyak toko yang terpaksa gulung tikar atau pindah ke lokasi yang dianggap lebih ramai. “Iya, makin menurun. Khususnya buat jok mobil aja sih sebenarnya,” lanjutnya.
Kenangan yang Tersisa
Kini, hanya tinggal sisa-sisa masa kejayaan industri bekleding di Kebon Sirih.
Beberapa perajin memilih untuk bertahan dengan pelanggan lama, sementara yang lainnya mengandalkan pesanan kecil untuk tetap beroperasi.
Di tengah deru kendaraan yang berlalu-lalang di jantung kota Jakarta, gema masa lalu industri bekleding masih terasa, meskipun samar.
Sementara itu, Kebon Sirih menunggu kehadiran generasi baru yang mungkin akan membawa kehidupan kembali ke dalam industri yang pernah mengharumkan namanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.Source: Kebon Sirih: Dari Sentra Bekleding ke Kenangan