Insentif CBU Berakhir: Mobil Impor yang Wajib Segera Produksi Lokal

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian telah mengumumkan bahwa insentif untuk impor mobil listrik utuh atau completely built up (CBU) akan berakhir pada 31 Desember 2025.
Setelah periode ini, seluruh perusahaan yang berpartisipasi dalam program tersebut diwajibkan beralih ke produksi dalam negeri.
Peralihan ini dapat dilakukan melalui skema perakitan completely knocked down (CKD), incompletely knocked down (IKD), atau dengan membangun pabrik baru.
Ilustrasi pabrik BYD di Subang.
“Tahun ini, Insha Allah tidak akan lagi kami keluarkan izin CBU dalam konteks skema investasi dengan mendapatkan manfaat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat jumpa pers di Jakarta pada Kamis (11/9/2025).
Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa enam perusahaan telah memanfaatkan fasilitas insentif ini, dengan total rencana investasi mencapai Rp 15,52 triliun dan tambahan kapasitas produksi hingga 305.000 unit per tahun.
Berbagai model yang selama ini masih diimpor harus segera masuk jalur produksi lokal agar sesuai dengan ketentuan pemerintah.
BYD
BYD menjadi pemain terbesar dalam industri mobil listrik di Indonesia dengan rencana investasi mencapai Rp 11,26 triliun dan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun.
Saat ini, perusahaan ini tengah membangun pabrik baru yang, pada Mei 2025, baru mencapai progres 45 persen.
Model-model yang selama ini masih diimpor meliputi Atto 1, Atto 3, Dolphin, Seal, Sealion 7, M6, hingga MPV premium Denza D9.
VinFast
Produsen mobil listrik dari Vietnam, VinFast, juga tengah menyiapkan basis produksi di Indonesia dengan investasi senilai Rp 3,5 triliun dan target kapasitas 50.000 unit.
Berdasarkan data Kemenperin, pabrik barunya sudah tercatat 77 persen rampung pada Agustus 2025.
Saat ini, VinFast masih mengandalkan impor untuk model-model seperti VF 3, VF 5, VF 6, VF 7, dan VF e34.
Model yang rencananya akan diproduksi pada tahap awal ialah VF 3, yang merupakan mobil listrik mungil dan pesaing Wuling Air EV.
Geely
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) secara resmi telah menyelesaikan pembangunan fasilitas pabrik perakitan baru khusus kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat di bawah naungan PT National Assemblers, Selasa (10/6/2025).
Geely Motor Indonesia baru-baru ini memperkenalkan sejumlah model di ajang GIIAS 2025 dengan investasi Rp 42,36 miliar dan target kapasitas 20.000 unit.
Perusahaan ini bekerja sama dengan assembler lokal, PT Handal Indonesia Motor (HIM), sebagai mitra perakitan.
Fasilitas baru HIM yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat, dipilih sebagai basis produksi Geely, mengingat fasilitas lama di Bekasi sudah penuh karena digunakan oleh Chery Group dan Pindad untuk memproduksi Maung MV3.
Beberapa model Geely yang masih diimpor antara lain Xingyuan, LEVC L380, dan Starray EM-1, sedangkan Geely EX5 dijadwalkan mulai diproduksi lokal pada kuartal ketiga 2025.
National Assemblers
PT National Assemblers, anak usaha Grup Indomobil, yang menaungi merek-merek seperti Citroen, Aion, Maxus, dan VW, merencanakan investasi sebesar Rp 621,15 miliar dengan tambahan kapasitas produksi hingga 61.000 unit.
Xpeng Indonesia
Beberapa model seperti Citroen E-C3, Aion V, VW ID.Buzz, Maxus Mifa 9, dan Maxus Mifa 7 telah mulai dirakit secara lokal bertahap dengan skema CKD mulai semester II/2025.
Namun, masih ada model yang tetap berstatus impor, yaitu Aion Y Plus, Aion UT, hingga Hyptec HT.
Fasilitas perakitan milik National Assemblers telah diperluas dan siap beroperasi.
Xpeng Siap Beralih ke Produksi Lokal
PT Era Industri Otomotif yang membawa merek Xpeng menyiapkan investasi sebesar Rp 76,46 miliar dengan kapasitas produksi 20.000 unit.
Sama seperti Geely, Xpeng juga bekerja sama dengan PT HIM di Purwakarta.
Saat ini, Xpeng X9 sudah beralih ke skema CKD, sementara Xpeng G6 masih diimpor secara utuh.

GWM Tank 300
Inchcape
PT Inchcape Indomobil Energi Baru, yang memasarkan produk Great Wall Motors (GWM), menginvestasikan Rp 20,1 miliar untuk memperlebar fasilitas perakitan mobil listrik.
Produk yang ikut dalam program ini adalah Ora 03, dan pabrik perakitannya dilaporkan sudah mencapai progres 83 persen pada Agustus 2025.
Mereka menargetkan untuk siap merakit Ora 03 secara CKD pada akhir tahun ini.
Dengan berakhirnya insentif untuk impor mobil listrik CBU, perusahaan-perusahaan di Indonesia kini dihadapkan pada tantangan untuk memproduksi secara lokal demi memenuhi ketentuan pemerintah.
Berbagai investasi yang sedang berjalan diharapkan dapat mendukung perkembangan industri mobil listrik di Tanah Air.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.