
Harga bahan bakar minyak (BBM) yang terus meningkat pada tahun 2025 semakin menambah beban masyarakat, khususnya bagi pengguna kendaraan bermotor berbahan bakar fosil.
Data dari Kementerian ESDM menunjukkan bahwa rata-rata harga BBM nonsubsidi telah naik lebih dari 15 persen sejak awal tahun.
Selain itu, konsumsi BBM bersubsidi juga menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan penting: Apakah lonjakan harga BBM akan mempercepat peralihan masyarakat ke kendaraan listrik (EV)?
Peralihan ke Kendaraan Listrik
Menurut Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), tren transisi ke kendaraan listrik di Indonesia pada tahun 2025 tidak sepenuhnya disebabkan oleh kenaikan harga BBM.
“Segmen terbesar pembeli EV saat ini justru berasal dari kalangan menengah ke atas di kota-kota besar Jawa, seperti Jabodetabek, Surabaya, Semarang, dan Bandung. Mereka membeli EV bukan karena terdampak langsung isu harga BBM, melainkan karena insentif impor yang membuat harga EV entry level mendekati mobil LCGC dan kelas menengah,” jelas Yannes kepada Kompas.com, Kamis (2/10/2025).
Ia menambahkan bahwa ada beberapa faktor lain yang turut mendorong adopsi EV.
Geely Auto Indonesia resmi menjalin kerja sama strategis dengan Voltron, penyedia jaringan stasiun pengisian daya (charging station) kendaraan listrik di Indonesia.
Kesadaran sosial terhadap isu lingkungan, efisiensi biaya, serta desain dan teknologi yang semakin maju menjadi pendorong utama. “Baterai yang lebih tahan lama, jarak tempuh per pengisian yang makin jauh, hingga integrasi digital membuat EV semakin atraktif dibanding mobil konvensional berbahan bakar bensin,” papar Yannes.
Lebih jauh, Yannes menjelaskan bahwa generasi muda perkotaan dari kelas menengah ke atas kini menjadi segmen pasar yang potensial bagi kendaraan listrik.
Minat mereka untuk beralih ke mobil listrik semakin mempengaruhi penurunan daya tarik kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE) di kalangan kelompok usia muda ini.
Penjualan EV 2025 Kuat Meski Pasar Lesu
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa penjualan mobil listrik tipe baterai (BEV) pada empat bulan pertama tahun 2025 mencapai sekitar 23.900 unit, melonjak 211 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
BYD Indonesia resmi meluncurkan BYD Atto 1 di Bandung.
Sementara itu, laporan dari PwC mencatat bahwa penjualan EV, yang mencakup BEV, PHEV, dan hybrid, di Indonesia selama kuartal I 2025 mencapai 27.616 unit, naik 43,4 persen dibanding tahun sebelumnya.
Dalam periode Januari hingga Juli 2025, Gaikindo mencatat total wholesales BEV dari pabrik ke diler sebesar 42.249 unit, yang setara dengan 9,71 persen dari total penjualan mobil.
Angka ini bahkan melampaui penjualan kategori hybrid yang tercatat 37.379 unit dalam periode yang sama.
Meskipun pada Juli 2025 terdapat penurunan dibanding bulan sebelumnya—wholesales BEV mencapai sekitar 5.800 unit, turun sekitar 14 persen month-to-month—namun secara year-on-year, penjualan tetap tumbuh sekitar 35 persen.
Dengan demikian, meski lonjakan harga BBM menjadi salah satu faktor dalam peralihan ke kendaraan listrik, berbagai elemen lain, seperti insentif dan kesadaran lingkungan, juga memegang peranan penting dalam transformasi ini.
Di tengah kondisi pasar mobil yang lesu, adopsi EV menunjukkan tren positif yang menjanjikan untuk masa depan transportasi di Indonesia.
Source: Apakah Lonjakan Harga BBM Dorong Transisi ke Kendaraan Listrik?