Tingginya Angka Kecelakaan Remaja, Harus Cari Solusi Tepat

Kurangnya ketersediaan angkutan umum yang memadai untuk pelajar dinilai menjadi salah satu penyebab utama tingginya penggunaan sepeda motor oleh remaja saat berangkat ke sekolah.
Kondisi ini berkontribusi pada meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas di kalangan usia muda.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI Pusat, Djoko Setijowarno, menyebut kelompok usia 10–19 tahun termasuk paling rentan menjadi korban kecelakaan lalu lintas.
Kelompok ini menduduki peringkat kedua dengan persentase 23 persen dari total kecelakaan, atau sekitar 46.439 korban dari 204.284 orang.
“Situasi serupa juga terjadi di Kabupaten Magelang, di mana kelompok usia pelajar berada di peringkat kedua dengan 19 persen dari total kecelakaan, atau 240 korban dari 1.256 orang,” ujar Djoko kepada Kompas.com, Kamis (18/9/2025).
Bus Sekolah Ramah Disabilitas di Jakarta
Data dari Integrated Road Safety Management System (IRSMS) Korlantas Polri menunjukkan tren serupa sepanjang 2024.
Hingga pertengahan Maret 2024, dari total 5.476 kasus kecelakaan nasional, sebanyak 4.573 kasus atau hampir 70 persen melibatkan pengendara tingkat SLTA/SMA.
Pada Januari 2024, dari 11.565 kasus kecelakaan, sekitar 32,4 persen melibatkan pengendara remaja, banyak di antaranya belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Data November 2024 juga mencatat 16,1 persen pengemudi yang terlibat kecelakaan berusia 17 tahun ke bawah, dengan 4,8 persen di antaranya meninggal dunia.
Djoko menegaskan, salah satu kunci untuk menekan tingginya angka kecelakaan remaja adalah dengan menghadirkan transportasi umum yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi pelajar.
Tanpa adanya intervensi, pelajar akan tetap bergantung pada sepeda motor yang risikonya jauh lebih tinggi.
Pemerintah Kabupaten Magelang sendiri berencana meluncurkan program angkutan sekolah gratis pada 2025–2026. Program ini menggunakan armada angkutan umum yang sudah ada, dengan subsidi operasional dari pemerintah daerah.
Upaya ini diharapkan dapat meringankan beban orang tua, meningkatkan keselamatan siswa, sekaligus menghidupkan kembali peran angkutan umum yang selama ini kalah bersaing dengan sepeda motor. Dengan adanya layanan ini, risiko kecelakaan pelajar di jalan raya juga diharapkan bisa ditekan.
“Kalau transportasi umum bagi pelajar tersedia dengan baik, maka angka kecelakaan remaja dapat berkurang signifikan,” kata Djoko.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.