Rupiah Melemah, Mercedes-Benz Ungkap Dampak yang Akan Terjadi di Pasar Indonesia

GridOto.com - Nilai tukar Rupiah terhadap sejumlah mata uang asing terus mengalami pelemahan dalam beberapa minggu terakhir.
Per hari ini, Senin (21/4), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat berada di angka Rp 16.917 (sumber bi.go.id, diakses pukul 20.00 WIB).
Sedangkan, untuk mata uang Euro berada di angka Rp 19.246.
Terkait situasi ini, sektor otomotif disinyalir menjadi industri yang akan terdampak.
Terlebih untuk produk-produk yang berstatus impor utuh atau istilah lainnya CBU (completely built-up).
Model-model yang masih CBU diyakini akan mengalami kenaikkan harga, dampak dari melemahnya mata uang Rupiah.
Hal ini juga diaminkan oleh Donald Rachmat, Chief Operating Officer (COO) PT Inchcape Indomobil Distribution Indonesia, selaku Agen Pemegang Merek (APM) Mercedes-Benz di Tanah Air.
"Ya tentunya karena (transaksi impor) base-nya USD atau EUR, maka tentunya akan ada kemungkinan kenaikan harga in the future," ucap Donald saat ditemui di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Namun, Ia menjelaskan pihaknya belum bisa memastikan berapa lama harga saat ini bisa bertahan.
Alasannya, situasi saat ini dinilai masih terlalu dini untuk mengambil keputusan apakah harga akan bertahan atau naik.
"Itu saya belum bisa lihat, karena sekarang ini kan masih terlalu fluktuatif jadi kami juga belum bisa melihat ke arah sana," paparnya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, keputusan yang diambil perusahaan nantinya akan bersifat situasional.
Artinya, menyesuaikan dengan kondisi di waktu yang akan datang.
"Tergantung situasi, betul. Karena ini kan masih terlalu fluktuatif jadi kami juga kalau dengan situasi yang sekarang ini mungkin kami lebih baik melihat secara keseluruhan dari pemerintah respons-nya seperti apa," tukasnya.
"Kami yakin pemerintah akan memberikan respons yang positif. Kami juga akan melihat situasi market seperti apa, situasi internal, situasi stok, demand seperti apa, dan lain sebagainya. Dari situ baru kami mengambil keputusan," lanjutnya.
Donald juga menambahkan, stok unit yang saat ini ada di Indonesia merupakan barang impor beberapa bulan lalu.
Sehingga, saat itu transaksinya masih menggunakan nilai tukar di bulan tersebut.