
Pemerintah menargetkan Indonesia tidak lagi mengimpor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar mulai tahun depan.
Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasandalam pembukaan Trade Expo Indonesia ke-40 di ICE BSD, Tangerang, yang disiarkan secara daring dikutip Kamis (16/10/2025).
Menurut dia, langkah tersebut merupakan bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan nasional, tidak hanya di sektor pangan, tetapi juga di bidang energi.
Minyak kelapa sawit dinilai menjadi yang paling berpotensi untuk diolah menjadi energi dibandingkan dengan minyak nabati lain karena memiliki manfaat yang begitu luas.
“Kalau kita ingin berdaulat, kita harus swasembada pangan secara luas, baik secara pangan maupun energi," kata dia.
"Pak Bahlil (Menteri ESDM), sudah mengumumkan, tahun depan kita akan penuh memakai biofuel. Oleh karena itu, tahun depan Indonesia diusahakan, dikejar, ditargetkan tidak impor solar lagi,” ujar Zulhas.
Zulhas menjelaskan, pemerintah akan mendorong peningkatan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit dari B40 menjadi B50.
Artinya, kadar biodiesel dalam campuran solar akan naik menjadi 50 persen, sehingga ketergantungan pada impor solar bisa ditekan hingga nol.
“Kalau B40 kita naikkan menjadi B50, maka kita tidak akan impor solar lagi,” tegasnya.
Kebijakan menuju B50 ini tidak lepas dari dorongan pemerintah untuk memperkuat ketahanan energi nasional serta memanfaatkan potensi besar sawit Indonesia. Namun, penerapan program ini juga membawa tantangan baru, terutama ketersediaan bahan baku crude palm oil (CPO).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya menjelaskan bahwa kebijakan mandatori biodiesel B50 akan mulai dijalankan pada paruh kedua tahun 2026.
Menurutnya, saat ini program biodiesel sudah berjalan secara bertahap sejak satu dekade lalu. Dimulai dari B15 pada 2015, lalu meningkat menjadi B20, B30, hingga B40 pada 2025.
"Kalau sudah dinyatakan clear and clean, insyaallah semester kedua 2026, kita akan launching untuk B50," ujar Bahlil dalam acara Investor Daily Summit 2025 di Jakarta Convention Center, Kamis (9/10/2025) lalu.
Ilustrasi BBM mengandung etanol.
Dengan penerapan B50 di 2026, pemerintah menargetkan konsumsi bahan bakar fosil bisa ditekan lebih jauh, sekaligus menghentikan impor solar secara penuh.
“Atas arahan Presiden, sudah diputuskan untuk mendorong implementasi B50 agar Indonesia tidak lagi bergantung pada impor solar,” kata Bahlil.
Secara teknis, program B50 dirancang untuk menutup sisa kuota impor yang masih ada di bawah kebijakan B40 saat ini.
Data menunjukkan, pada tahun 2025, impor minyak solar diperkirakan masih berada di angka 4,9 juta kiloliter atau setara 10,58 persen dari total kebutuhan nasional.
Implementasi B50 akan meningkatkan porsi bahan bakar nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) dalam solar secara masif, sehingga mampu menggantikan sepenuhnya volume impor tersebut dan menjadikan pasokan solar nasional 100 persen berasal dari sumber daya domestik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.Source: Terapkan B50, Pemerintah Targetkan Tak Impor Solar Mulai Tahun Depan