Mitos atau Fakta, Jalan Beton Lebih Mudah Bikin Ban Cepat Aus Daripada Jalan Aspal?
Sejumlah ruas jalan tol di Indonesia menggunakan beton sebagai material utama untuk permukaan jalan. Penggunaan beton untuk material jalan didasarkan fakta bahwa tingkat durabilitasnya lebih tinggi dibandingkan aspal.
Ini karena aspal yang butuh pelapisan ulang secara berkala. Pemilihan beton sebagai material pembangunan jalan juga didasarkan pada kemampuan material ini dalam menahan rembesan air yang keluar dari permukaan tanah. Dengan demikian, beton tidak mudah lapuk dibandingkan jalan aspal.
Material tersebut sangat menguntungkan, mengingat cuaca di Indonesia yang curah hujannya tinggi disertai tingkat kelembaban tinggi dengan risiko membuat aspal lebih cepat rusak. Apalagi banyak sistem drainase jalan tidak optimal sehingga mengakibatkan genangan air.
“Pada dasarnya, tidak ada perbedaan mengemudi di permukaan jalan beton maupun aspal. Syarat utamanya, ban dalam kondisi optimal. Berikutnya tentu mengatur perilaku berkendara sesuai prinsip safety driving," sebut tutup Yagimin, Chief Marketing Auto2000.
Beberapa Masalah yang Biasanya Muncul pada Jalan Beton
Banyak pengemudi mobil beranggapan jalan beton kurang nyaman untuk dilintasi karena traksi yang diberikan tidak seoptimal bahan aspal. Ini membuat pengemudi cukup kesulitan merasakan grip ban ke permukaan beton sekaligus lebih sulit dikendalikan.
Tidak kalah penting, muncul anggapan bahwa jalan beton bisa menyebabkan ban mobil lebih cepat aus. Khususnya pada jalan beton yang alur pembuangan air hujannya melintang (cross) alias memotong arah laju kendaraan.
Selain itu, tingkat kebisingan ban mobil saat melewati permukaan beton terdengar lebih berisik saat berkendara. Jelas sangat mengganggu dalam perjalanan mudik bila kita membuka jendela, atau mobilnya tidak memiliki kekedapan yang baik.
Ada pula anggapan jalan beton lebih panas ketimbang aspal. Tapi faktanya, baik jalan aspal maupun jalan beton sama-sama menyimpan panas di tengah cuaca siang hari yang terik. Hal yang membuat beton lebih abrasif ialah karena permukaan yang dibuat lebih kasar dan keras dibanding aspal untuk alur pembuangan air.
Tips Mengemudi di Jalan Beton
Saat kalian berkendara melewati jalan tol dengan material beton, kamu harus lebih fokus dalam melihat marka jalan dan menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan. Gunakan jarak minimal 3 detik dengan kendaraan yang ada di depan untuk mengantisipasi potensi masalah.
Menjaga jarak bertujuan agar kalian bisa bertindak dan berhenti tepat waktu pada jarak yang tepat bila di depan ada kejadian bahaya. Apalagi di momen libur Lebaran, jalan akan padat lantaran banyak pengguna mobil yang pergi keluar kota untuk mudik atau wisata.
Jangan lupa pula, sekarang masih di masa musim hujan. Begitu hujan turun, segera kurangi kecepatan untuk menjaga fokus berkendara dan supaya ban mobil tidak kehilangan daya cengkeram ke jalan.
Meskipun bukan aspal, tetap ada potensi aquaplaning kalau mobil melewati genangan air.
Kunci dari mengemudi aman di jalan berbahan beton adalah penggunaan ban yang layak. Seperti telapak ban yang harus tebal sesuai aturan, tidak ada masalah seperti benjol di telapak atau dinding ban, apalagi kalau sampai terlihat kawat ban. Pastikan tekanan udara ban dalam perjalanan mudik sesuai rekomendasi pabrikan.
Jangan segan untuk menggantinya jika terdeteksi sudah tidak layak, seperti alur ban tipis atau dinding ban sobek, apalagi kalau sampai anyaman kawat baja terlihat.
Persiapan Rest Area Ditutup Karena Terlalu Penuh Saat Arus Balik Mudik Lebaran
Dengan fokus berkendara yang lebih tinggi saat mengemudi di jalan tol, menuntut pemudik harus menjaga stamina dengan baik.
Dalam perjalanan mudik menggunakan mobil pribadi, kalian pasti membutuhkan rest area khususnya di jalan tol. Ada 2 kebutuhan yang terbilang penting, yaitu istirahat bagi penumpang dan isi bahan bakar mobil.
Masalahnya di saat mudik Lebaran, ada jutaan pemudik lain yang juga membutuhkan rutinitas tersebut di kesempatan yang sama. Alhasil, tak menutup kemungkinan rest area bakal penuh hingga terpaksa ditutup sementara.
1. Pelajari Kebijakan Pemerintah
Pemerintah memprediksi puncak arus mudik Lebaran tahun ini akan terjadi pada 28-30 Maret 2025, sementara puncak arus balik pada 5-7 April 2025. Artinya, kalau waktu kalian lebih fleksibel, bisa menghindari tanggal tersebut karena dikhawatirkan rest area akan padat oleh pemudik.
Pemerintah juga akan mengatur arus lalu lintas para pemudik. Seperti one way di jalan tol yang tahun lalu diterapkan di Jalan Tol Trans Jawa antara Jakarta hingga Semarang.
Tahun ini, kebijakan tersebut bersama skema contraflow dan ganjil-genap akan kembali diterapkan. Pantau terus update-nya untuk kelancaran perjalanan.
2. Persiapkan Kondisi Mobil
Mobil yang sehat membuat kalian tidak perlu khawatir sehingga tidak tergantung kepada rest area. Pastikan sudah mengecek kondisi ban hingga ban serep dan dongkrak, oli mesin dan transmisi, komponen kaki-kaki mobil, serta cairan pendukung mobil lainnya sebelum berangkat.
3. Manajemen Perjalanan dengan Baik
Pemilihan waktu perjalanan memegang peran sangat penting, terutama untuk ruas tol Jakarta hingga Semarang. Biasanya, makin mendekati hari Lebaran, arus lalu lintas akan padat. Optimalkan aturan one way di jalan tol sehingga waktu perjalanan dapat dipangkas. Manfaatkan peta digital dan social media resmi untuk mengecek situasi lalu lintas terkini dan mencari rest area.
4. Masukkan Beberapa Opsi Rest Area Dalam Rencana Perjalanan
Masukkan beberapa rest area ke dalam rencana perjalanan dengan menyesuaikan kondisi kendaraan, bahan bakar, dan pengemudi. Dengan begitu, kalian sudah memperkirakan di rest area mana akan berhenti dan alternatif apabila di lokasi tersebut penuh.
5. Manfaatkan Pom Bensin Dekat Exit Tol
Bila kondisi rest area penuh, kalian bisa memanfaatkan exit tol untuk mencari pom bensin di jalan raya terdekat dengan menggunakan aplikasi peta digital. Sambil isi bensin, kamu sekeluarga bisa leluasa beristirahat, ke kamar mandi, atau makan.
6. Jaga Kondisi Fisik Pengemudi
Alangkah baiknya jika ada 2 pengemudi mobil supaya dapat bergantian setiap 2 jam sehingga tidak mengandalkan rest area untuk istirahat. Namun jika hanya mengemudi sendiri, pastikan AutoFamily sudah tidur minimal selama 6 jam sebelum berangkat sebagai antisipasi jika tidak dapat masuk rest area.
Sempatkan tidur sekitar 30 menit kalau mengemudi sendiri, dan lanjutkan perjalanan ketika fisik sudah mulai bugar.
7. Makanan dan Minuman Wajib Diperhatikan
Rest area menyediakan kebutuhan makan dan minum, namun di masa mudik Lebaran pengunjungnya dapat membeludak dan menyulitkan, bahkan untuk sekadar mencari tempat parkir. AutoFamily bisa menyiapkan kebutuhan logistik penumpang sebelum perjalanan, khususnya kalau mengajak anak atau lansia.
8. Dilarang Berhenti di Bahu Jalan Tol!
Kecuali darurat, jangan pernah berhenti di bahu jalan tol karena berisiko ditabrak dari belakang. Bagaimana kalau anak atau lansia tidak bisa menahan keinginan buang air kecil? Jika masih jauh dari rest area, tepikan mobil dan pastikan posisinya aman dengan memperhatikan garis marka jalan.
Pasang rambu-rambu darurat seperti segitiga pengaman di belakang mobil dan nyalakan lampu hazard. Segera lanjutkan perjalanan begitu urusan selesai.