Cerita Timor: Mimpi Mobil Nasional yang Lahir Terlalu Cepat

otomotif, Prabowo, mobil nasional, industri otomotif, Timor, kendaraan bermotor, presiden prabowo subianto, mobil nasional indonesia, Cerita Timor: Mimpi Mobil Nasional yang Lahir Terlalu Cepat

Wacana mobil nasional kembali mencuat setelah Presiden Prabowo Subianto menyebut proyek mobil buatan Indonesia akan terwujud dalam tiga tahun ke depan.

Pemerintah bahkan sudah mengusulkan program ini sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk mempercepat pengembangan industri otomotif lokal.

Namun sebelum rencana tersebut jadi kenyataan, sejarah mencatat Indonesia pernah mencoba langkah serupa melalui beberapa proyek. Salah satu yang paling membekas ialah Timor atau singkatan dari Teknologi Industri Mobil Rakyat.

Timor S515i

Awal yang Megah

Diluncurkan pada 1996 lewat kebijakan Inpres Nomor 2 Tahun 1996, Timor menjadi proyek paling ambisius dalam sejarah otomotif nasional.

Pemerintah kala itu menunjuk PT Timor Putra Nasional (TPN) sebagai pelaksana, bekerja sama dengan Kia Motors dari Korea Selatan.

Mobil perdana, Timor S515, langsung menarik perhatian dengan tampilan modern, mesin bertenaga 1.5 liter, dan yang paling penting, harganya hanya sekitar Rp 35 juta, separuh dari sedan Jepang sekelas Toyota Corolla atau Honda Civic kala itu.

Menggunakan basis Kia Sephia sebagai platform Mazda Familia, banyak komponen Timor memiliki kesamaan dengan model Mazda, termasuk mesin B-series yang hingga kini dikenal tangguh dan mudah dirawat.

Beberapa varian sempat dipasarkan, mulai dari S515 bermesin 1.5 SOHC karburator bertenaga 82 hp, S515i dengan mesin 1.5 DOHC injeksi 110 hp, hingga versi S516i LE (Prodrive Edition) yang tampil lebih sporty.

Ada juga SW516i versi station wagon dan SL516i Limousine untuk kebutuhan seremonial.

Antusiasme publik kala itu sungguh besar. Jaringan diler mulai dibangun, proyek pabrik perakitan di Cikampek digagas, dan Tommy Soeharto sebagai penggagas program bahkan menyiapkan rencana peluncuran Timor Ria, MPV yang dikembangkan dari Kia Carnival.

Namun, euforia tersebut tak berlangsung lama. Krisis moneter 1998 hingga gugatan dari World Trade Organization (WTO) karena dianggap melanggar prinsip perdagangan bebas, membuat mimpi besar itu runtuh.

Timor pun tinggal cerita, meninggalkan jejak yang hingga kini masih sering dibicarakan.

Generasi pertama sedan Kia Sephia 1995 alias Timor S15.

Belajar dari Sejarah

Pengamat otomotif Bebin Djuana menilai, Timor sebenarnya lahir dari niat baik untuk membangun industri otomotif nasional, tetapi eksekusinya terlalu cepat dan pemilihan mitra strategisnya kurang tepat.

“Hal yang disayangkan, waktu itu Timor mengambil produk dari Korea, yang saat itu industrinya juga masih baru,” ujar Bebin kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2025).

“Masih banyak kekurangannya, terutama soal daya tahan. Ketika konsumen membandingkan dengan mobil Jepang yang sudah puluhan tahun berpengalaman, ya berat,” lanjutnya.

Menurut Bebin, di era 1990-an, Jepang yang sudah mapan di pasar otomotif tentu enggan membantu Indonesia mengembangkan merek pesaing.

Oleh karena itu, Indonesia akhirnya menggandeng produsen Korea Selatan yang kala itu juga masih membangun pondasi industrinya sendiri.

“Waktu itu sulit mengajak kerja sama dengan negara seperti Jepang. Mereka sudah kuat dan orientasi bisnis. ‘Ngapain bantuin Indonesia? Mending gue jual produk gue sendiri,’ kira-kira begitu pandangannya,” kata Bebin.

"Meskipun sempat membangun model khusus, yaitu Kijang (Kerja sama Indonesia-Jepang), tapi kan kepemilikannya tetap pada satu brand sana," lanjut dia.

otomotif, Prabowo, mobil nasional, industri otomotif, Timor, kendaraan bermotor, presiden prabowo subianto, mobil nasional indonesia, Cerita Timor: Mimpi Mobil Nasional yang Lahir Terlalu Cepat

Butuh Mitra dan Pembimbing

Meski begitu, Bebin melihat semangat di balik Timor tetap relevan untuk konteks hari ini, yaitu membangun mobil nasional di tengah era elektrifikasi.

Bedanya kini Indonesia perlu lebih realistis dalam membangun kapasitas industrinya dan memilih mitra yang tepat.

“Maka, kalau mau bikin mobil nasional lagi, penting memilih partner yang bisa jadi pembimbing dan semangatnya harus sama,” ujar Bebin.

“Jangan merasa semua bisa sendiri. Percaya diri bagus, tapi memahami batas kemampuan itu lebih penting," lanjutnya.

Ia menambahkan, industri otomotif kini sudah jauh berubah. Standar dan ekspektasi konsumen meningkat pesat. Mobil yang hanya sekadar 'bisa jalan' sudah tidak cukup lagi untuk diterima pasar.

“Konsumen sekarang beda dengan tahun '90-an. Dulu power window merupakan kemewahan, tapi sekarang motor aja sudah pakai remot. Jadi sebelum membuat mobil nasional kita harus tahu dulu konsumen tiga tahun lagi maunya apa,” jelasnya.

Penampakan kendaraan Presiden RI Prabowo Subianto usai dilantik di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Minggu (20/10/2024).

Menatap Babak Baru

Kini, ketika wacana mobil nasional kembali dihidupkan, Indonesia dihadapkan pada pilihan penting, apakah akan mengulang ambisi besar seperti Timor, atau belajar dari sejarah untuk melangkah lebih bijak.

Timor mengajarkan bahwa kemandirian industri bukan hanya soal mampu memproduksi mobil di dalam negeri, tapi juga soal strategi jangka panjang, kesiapan teknologi, dan membangun kepercayaan publik terhadap produk lokal.

“Ketika kendaraan sudah jadi, tantangan berikutnya adalah siapa yang mau beli, bukan siapa yang mampu beli. Dan itu kita bicaranya soal kepercayaan publik,” tutup Bebin.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.

Source: Cerita Timor: Mimpi Mobil Nasional yang Lahir Terlalu Cepat

Postingan Terkait

Categories

Tags

© TopCarNews Network. All Rights Reserved. Designed by TopCarNews