Transaksi Kendaraan Bekas di Facebook: Hati-Hati Penipuan!

Meningkatnya aktivitas jual beli kendaraan bekas melalui media sosial turut memicu maraknya kasus penipuan, terutama di platform Facebook.
Berbeda dengan e-commerce yang memiliki sistem verifikasi dan perlindungan konsumen, media sosial lebih terbuka dan minim pengawasan, sehingga rawan disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Rama, seorang pedagang mobil bekas, mengatakan bahwa Facebook memang menjadi salah satu platform yang ramai digunakan untuk transaksi kendaraan, namun tidak semua informasinya dapat dipercaya.
“Facebook itu ramai sekali, tapi isinya acak. Dari sepuluh informasi, mungkin hanya satu yang benar. Penipuan masih banyak, terutama lewat iklan mobil. Saya pernah menangani orang yang tertipu sampai datang ke rumah saya,” ujar Rama saat ditemui Kompas.com, Selasa (10/6/2025).
Showroom mobil bekas Doyan Mobil di Jakarta Selatan.
Menurut Rama, salah satu modus yang sering ditemui adalah penggunaan foto mobil orang lain yang kemudian dipasang di iklan palsu dengan harga sangat murah untuk menarik calon pembeli. “Biasanya mereka minta uang muka (DP) dulu. Setelah korban transfer, nomor langsung diblokir, selesai sudah. Mobilnya tidak ada, orangnya pun hilang,” kata Rama yang memiliki showroom Rama Dagang Mobil.
Penipuan tidak hanya terjadi pada mobil, tetapi juga motor.
Rama mengaku pernah menemukan beberapa iklan motor dengan foto yang sama persis, namun penjualnya berasal dari lokasi yang berbeda. “Saya iseng lihat-lihat motor, ternyata ada empat iklan yang pakai gambar sama persis. Tapi pas saya cek, yang jual lokasinya beda-beda. Sudah jelas itu tidak benar,” katanya.
Patut diingat bahwa media sosial berbeda dari platform e-commerce yang sudah memiliki sistem keamanan, seperti verifikasi penjual, rekam jejak transaksi, hingga metode pembayaran yang aman.
Ilustrasi deretan mobil bekas di Rapih Motor, MGK Kemayoran
Rama mengimbau agar lebih waspada saat melakukan transaksi jual beli secara daring, khususnya melalui media sosial.
Menurutnya, tawaran harga yang terlalu murah seharusnya menjadi sinyal peringatan. “Tapi ya namanya orang, masih ada juga yang kena tipu. Mungkin karena sudah kebelet, lihat iklan harganya murah banget, langsung DP buat jaga barang. Ternyata ditipu,” kata Rama.