14/09/2025 · 1 hari yang lalu

Kemana Limbah Baterai EV Dibuang? Ini Kata CEO Spora EV

Limbah Baterai Kendaraan Listrik, Limbah Baterai, EV (Electric Vehicle), baterai listrik, Kemana Limbah Baterai EV Dibuang? Ini Kata CEO Spora EV

GridOto.com - Limbah baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) menjadi tantangan baru di tengah dorongan transisi energi bersih.

Meski kendaraan listrik dikenal lebih ramah lingkungan, sisa baterai bekasnya justru bisa menjadi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) jika tidak dikelola dengan tepat.

Dalam webinar bertajuk "Baterai EV Bekas: Mengubah Limbah Menjadi Energi Baru" yang diselenggarakan Spora Institute, Minggu (14/9/2025), CEO Spora EV, Bowo Kusumo, mengungkapkan bahwa pemerintah sudah memiliki regulasi jelas terkait pengelolaan limbah baterai EV.

“Untuk limbah baterai kendaraan listrik, peraturan pemerintah sudah clear. Tidak boleh langsung dibuang ke landfill karena tergolong limbah B3,” ujar Bowo Kusumo kepada GridOto.com.

Menurut Bowo, baterai EV bekas memiliki potensi risiko lingkungan karena kandungan bahan kimianya.

Oleh karena itu, penanganannya harus melalui perusahaan pengelola limbah B3 yang memiliki izin dan teknologi sesuai standar.

Namun, Bowo menyoroti bahwa permasalahan utama justru terletak pada aspek logistik pengumpulan dan pengangkutan baterai bekas dari pengguna akhir ke fasilitas pengolahan.

Hal ini menjadi tantangan yang belum sepenuhnya terpecahkan.

"Masalah logistik itu kompleks. Misalnya, bagaimana mengumpulkan baterai bekas dari berbagai titik, termasuk daerah-daerah terpencil, dan memastikan transportasinya aman,” jelasnya.

Selain itu, Bowo menilai definisi baterai bekas sebagai limbah masih belum tepat.

Pasalnya, baterai EV yang sudah tidak bisa digunakan di kendaraan, masih memiliki kapasitas energi yang cukup untuk keperluan lain.

Limbah Baterai Kendaraan Listrik, Limbah Baterai, EV (Electric Vehicle), baterai listrik, Kemana Limbah Baterai EV Dibuang? Ini Kata CEO Spora EV

“Baterai EV bekas itu belum tentu rusak total. Biasanya masih punya kapasitas sekitar 60-70 persen. Itu masih bisa dimanfaatkan, misalnya untuk sistem penyimpanan energi di rumah atau skala industri,” ungkapnya.

Fenomena ini membuka peluang untuk pemanfaatan ulang baterai bekas sebelum benar-benar masuk ke tahap daur ulang atau penghancuran.

Beberapa perusahaan di dunia bahkan sudah mulai mengembangkan second-life battery, yaitu penggunaan baterai bekas kendaraan untuk aplikasi stasioner seperti penyimpanan energi surya.

Indonesia pun, menurut Bowo, perlu mulai membangun ekosistem pemanfaatan kembali baterai EV. Ini akan mendukung prinsip ekonomi sirkular dan mengurangi beban limbah B3.

“Daripada langsung dikategorikan sebagai limbah, lebih baik kita manfaatkan sisa energi yang masih ada. Ini bisa jadi sumber energi baru,” tegasnya.

Spora EV sendiri tengah melakukan riset dan uji coba terhadap model pemanfaatan ulang baterai bekas di sektor rumah tangga dan industri kecil.

Dalam diskusi yang berlangsung secara daring tersebut, Bowo juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi dalam merancang sistem pengelolaan baterai EV yang berkelanjutan.

Tentu pihaknya tidak bisa bergerak sendiri. Harus ada kebijakan yang mendukung, insentif, serta keterlibatan masyarakat agar ekosistem ini bisa terbentuk.

Bowo menambahkan, tantangan ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal edukasi publik mengenai pentingnya pengelolaan limbah baterai.

“Kesadaran masyarakat juga penting. Jangan sampai baterai bekas dibuang sembarangan, karena bahayanya besar bagi lingkungan,” katanya.

Webinar ini diikuti ratusan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari praktisi energi, akademisi, hingga mahasiswa.

Diskusi berlangsung aktif membahas potensi daur ulang dan pemanfaatan kembali baterai EV.

Dengan meningkatnya jumlah kendaraan listrik di Indonesia, isu pengelolaan baterai bekas diprediksi akan semakin krusial dalam beberapa tahun ke depan.

Categories

Tags

© TopCarNews Network. All Rights Reserved. Designed by TopCarNews