Hubungan Kualitas BBM, Harga, dan Dampak Lingkungan

Kualitas bahan bakar, meliputi angka oktan (RON) dan kadar sulfur, tak hanya memengaruhi performa kendaraan, tapi juga memengaruhi harga jual di SPBU dan dampak lingkungan.
Sebagai contoh, Pertalite (RON 90) masih digunakan sebagai BBM bersubsidi di Indonesia, sementara BBM RON lebih tinggi seperti Pertamax Turbo (RON 98) dijual dengan harga lebih mahal.
Menurut data spesifikasi BBM milik Pertamina, batas kandungan sulfur yang diperbolehkan untuk bensin (gasoline) adalah maksimal 0,005 persen m/m (setara sekitar 50 ppm) untuk memenuhi standar kualitas minimal.
Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Guru Besar ITB dan pakar bahan bakar, menjelaskan bahwa BBM dengan angka oktan tinggi membutuhkan proses pemurnian dan aditif khusus, sehingga biaya produksinya lebih tinggi.
“BBM dengan RON tinggi membutuhkan proses pemurnian lebih lanjut dan aditif khusus, sehingga biaya produksinya lebih besar dibanding BBM dengan RON standar,” ujarnya kepada Kompas.com, Senin (29/9/2025).
Zaenuri juga menyebut bahwa kadar sulfur rendah membutuhkan teknologi tambahan di kilang dan pengawasan kualitas yang ketat.
“Kadar sulfur rendah membutuhkan teknologi tambahan di kilang dan pengawasan kualitas lebih ketat,” kata dia.
SPBU Pertamina. ESDM bantah isu ojol dilarang pakai Pertalite.
Perbedaan manfaat ini tercermin dalam harga di SPBU Jakarta: Pertalite (RON 90) dipatok Rp 10.000 per liter, sementara Pertamax Turbo (RON 98) mencapai Rp 13.100 per liter.
Zaenuri menekankan bahwa konsumen perlu memilih BBM sesuai spesifikasi kendaraan untuk menjaga efisiensi, umur mesin, dan mengurangi emisi.
“Kualitas BBM memengaruhi efisiensi bahan bakar, umur mesin, dan emisi gas buang. Jadi, harga yang lebih tinggi sebanding dengan manfaat jangka panjang,” katanya.
Dengan dukungan data harga dan spesifikasi teknis, masyarakat diharapkan lebih memahami alasan perbedaan harga BBM dan membuat pilihan yang bijak sesuai kebutuhan kendaraan serta kondisi lingkungan.