Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel


biodiesel, mobil, Solar, Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel

Pemerintah terus mendorong penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa program mandatori Biodiesel 50 (B50) akan mulai diterapkan pada semester II tahun 2026.

B50 merupakan campuran 50 persen bahan bakar nabati dengan 50 persen solar.

Menurut Bahlil, penerapan program ini akan membuat Indonesia tidak lagi perlu mengimpor solar.

biodiesel, mobil, Solar, Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel

Ilustrasi pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel ke dalam bahan bakar minyak jenis solar 40 persen atau B40

“Kemarin sudah kami rataskan, atas arahan Bapak Presiden, sudah diputuskan bahwa 2026 insya Allah akan kita dorong ke B50. Dengan demikian tidak lagi kita melakukan impor solar ke Indonesia,” kata Bahlil dalam Investor Daily Summit, dikutip dari Kompas.com, Kamis (9/10/2025).

Bahlil menjelaskan, pemerintah saat ini tengah menjalankan tahap uji akhir yang berlangsung sekitar enam hingga delapan bulan.

Pengujian dilakukan pada berbagai jenis mesin, mulai dari kapal, kereta api, hingga alat berat. Jika hasil uji dinyatakan layak, B50 akan resmi diluncurkan pada paruh kedua 2026.

Awal Biodiesel

Dilansir dari laman farm-energy.extension.org, penggunaan bahan bakar diesel campuran minyak nabati dan minyak bumi sejatinya sudah dilakukan lebih dari satu abad lalu.

biodiesel, mobil, Solar, Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel

Terlhat nozzel untuk bahan bakar minyak (BBM) Pertamax, Pertalite, Bio Solar dan Pertamina Dex di salah satu SPBU Pertamina.

Gagasannya berawal dari seorang insinyur asal Jerman bernama Rudolf Diesel, pencipta mesin diesel pada tahun 1890-an.

Sejak awal, mesin buatannya memang dirancang agar bisa menggunakan berbagai jenis bahan bakar, termasuk minyak nabati.

Bahkan pada Pameran Dunia di Paris tahun 1900, salah satu mesin diesel yang dipamerkan menggunakan minyak kacang tanah sebagai bahan bakar.

Namun, karena bahan bakar minyak bumi (petroleum) saat itu tersedia dengan harga murah dan mudah didapat, minat terhadap bahan bakar nabati pun memudar (Pahl, 2005).

Awal Mula Biodiesel Modern

Memasuki 1930-an, para peneliti mulai mencari cara untuk mengurangi kekentalan minyak nabati agar lebih mirip dengan solar.

Tahun 1937, ilmuwan Belgia G. Chavanne berhasil mendapatkan paten untuk ester etil dari minyak sawit, yang kini dikenal sebagai biodiesel.

biodiesel, mobil, Solar, Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel

Seorang pekerja perkebunan kelapa sawit menunjukkan buah kelapa sawit di Meulaboh, Aceh, 28 Maret 2019. Indonesia adalah produsen utama minyak sawit, bahan baku berbagai produk, mulai dari minyak goreng, kosmetik, hingga biodiesel.

Setahun kemudian, 1938, sebuah bus penumpang di Belgia sudah beroperasi menggunakan bahan bakar hasil olahan tersebut untuk melayani rute antara Brussels dan Louvain (Knothe, 2005).

Saat Perang Dunia II (1939–1945), ketika pasokan minyak bumi terganggu, beberapa negara seperti Brasil, Argentina, China, India, dan Jepang sempat memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif.

Namun setelah perang berakhir dan harga minyak kembali murah, bahan bakar nabati kembali ditinggalkan.

Krisis Minyak dan Kelahiran Istilah Biodiesel

Krisis minyak dunia pada 1970-an membuat banyak negara kembali melirik bahan bakar nabati.

Peneliti di Austria, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan mulai melakukan uji coba untuk menjalankan mesin diesel dengan minyak nabati murni (SVO).

Sayangnya, bahan bakar tersebut menimbulkan masalah karena viskositasnya tinggi dan dapat merusak mesin. Dari sinilah muncul ide untuk mengubah minyak nabati menjadi bahan bakar dengan karakteristik yang lebih mirip solar.

biodiesel, mobil, Solar, Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel

Biodiesel 20 persen (B20)

Istilah “biodiesel” sendiri diyakini mulai digunakan pada sekitar tahun 1984.

Pada tahun 1985, pabrik pertama yang khusus memproduksi biodiesel berdiri di Austria. Produksi komersial kemudian berkembang pesat di Eropa, dengan Jerman menjadi produsen terbesar sejak 1992.

Tahun 2007 menjadi titik penting ketika harga minyak dunia melonjak dan pemerintah AS memberikan insentif pajak sebesar 1 dolar AS per galon biodiesel.

Produksi biodiesel dunia kemudian meningkat pesat. Pada 2001, produksi global baru mencapai sekitar 1 miliar liter, namun melonjak menjadi 6 miliar liter pada 2006.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.

Source: Dari Minyak Kacang ke Sawit, Begini Sejarah Biodiesel

Postingan Terkait

Categories

Tags

© TopCarNews Network. All Rights Reserved. Designed by TopCarNews