
Pasar Sport Utility Vehicle (SUV) di Indonesia didominasi oleh beberapa nama besar seperti Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero, hingga Honda CR-V. Nama Subaru Forester memang bukan pemain utama, namun mobil ini tetap menjadi pilihan sebagian orang.
Seperti contoh, pengguna Subaru Forester lansiran 2024 bernama Bobby. Bobby menceritakan pengalamannya menggunakan Forester selama lebih kurang 10 bulan.
Bukan hanya soal kelebihan, pria yang berdomisili di Bandung ini juga menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan SUV asal pabrikan Jepang tersebut.
Menurut Bobby, salah satu kelebihan yang paling dirasakan ketika mengendarai mobil ini adalah soal handling yang mantap, terutama dalam kondisi hujan.
“Yang paling kerasa itu handling, terutama kalau hujan, genangan air tidak terasa. Karena sebelumnya saya juga sempat pakai Fortuner, Pajero, mobil ini handling-nya mantap. Kalau yang lain kan terasa limbung banget, kalau ini enggak sama sekali, ditikungan tajam juga tidak limbung," kata Bobby, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/10/2025).
Subaru Forester
"Terus kalau misalkan ke daerah jalan rusak, lumpur, tidak licin dan tidak selip, karena AWD. Sempat berpikir, buat apa ada mobil AWD di Indonesia, enggak ada salju, ternyata pas hujan berfungsi bagus buat keamanan," lanjutnya.
Untuk ukuran suspensi juga terbilang dewasa, tidak empuk, tetapi juga tidak keras. Sehingga penumpang di baris kedua masih cukup nyaman.
Meski puas dengan handling dan sistem AWD. Bobby tak menutup mata soal kekurangan dari Forester. Ia mengakui, ia sering dibuat repot saat masuk daerah yang jauh dari kota, karena bensin.
"Kalau saya ke daerah gitu agak sulit mencari bensin, karena mobil ini minimal RON-nya 95. Subaru Forester ini kan kompresinya cukup tinggi 12,5," kata Bobby.
Saat berada di tengah kemacetan, ia juga pernah merasa transmisi CVT-nya seperti gugup, memberikan entakan kecil yang mengganggu ritme.
Interior Subaru Forester Generasi Keenam di GIIAS 2025.
“Entah ECU-nya atau transmisinya, kadang suka nyentak. Saya pernah coba yang generasi 6, lebih halus sih,” lanjutnya.
Lalu ada hal paling sederhana tetapi cukup mengganggu, di era serba wireless, Forester masih bertahan dengan kabel untuk konektivitas Andorid, padahal mobil ini dibanderol dengan harga yang cukup tinggi di rentang Rp 700 jutaan.
"Ribetnya itu, Android auto-nya itu mesti pake kabel enggak wireless. Kadang kalau saya pegang handphone keputus gitu, karena kabel gimanapun beda sama wireless," kata Bobby.
Selain itu, dari sisi interior, layout-nya terbilang sederhana dengan desain yang monoton.
"Desain interiornya gitu-gitu saja, istri juga kayak enggak seneng cuma pas dicobain mobilnya enak, yasudah lah merem saja katanya," ucap Bobby.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.Source: Curhat Pengguna Soal Plus Minus Subaru Forester 2024